Dalam merespon keberadaan pandemi covid-19, pesantren menampakkan posisinya sebagai sebuah subkultur yang memiliki rasionalitas sendiri. Ketika lembaga pendidikan umum masih dilaksanakan secara daring, pesantren telah memanggil para santrinya untuk kembali pesantren. Sikap pesantren ini nampak “melawan” logika umum masyarakat. Pesantren memiliki cara-cara otentik untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang berbeda dengan cara-cara yang diambil oleh komunitas kesehatan. Covid-19 merupakan makhluk Tuhan yang bekerja hanya atas perintah Tuhan. Oleh Karena itu, pesantren menerapkan cara-cara lahiriah dan batiniah sekaligus dalam menghadapi Covid-19. Cara-cara lahiriah dilakukan dengan menjalankan protokol kesehatan secara adaptif dan kontekstual, sementara cara batiniah dilakukan dengan praktik-praktik ritual melalui doa, sholat, dzikir dan membaca sholawat. Pandangan teologis yang berorientasi teosentris dan antroposentris ini memperlihatkan salah satu sisi moderasi pesantren.
Bagaimana selanjutnya? Dr. Ahmad Salehudin akan berbagi Hasil Penelitian "Teologi Kesehatan Pesantren: Rasionalitas Repson Pesantren terhadap Pandemi COVID-19" dalam Seminar#1 ASAI pada hari Rabu, 9 Desember 2020 pukul 19:00-21:00 WIB di zoom.