PENGANTAR
Dulu GKI bernama THKTKH (Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee), dan sebagian besar anggotanya beretnis Tionghoa. Nama itu kemudian diubah menjadi GKI (Gereja Kristen Indonesia) karena sebagian besar anggotanya berbahasa Indonesia, berwarganegara Indonesia, dan terpanggil untuk melayani di Indonesia. Dalam perkembangannya komposisi keanggotaan makin majemuk dari berbagai etnis. Sebagai gereja yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, GKI peduli terhadap Indonesia dan mencintai Indonesia seperti Allah yang mencintai Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia dalam kehidupan sosial-ekonomi-politik-budaya bangsa menjadi keprihatinan GKI (bila situasi dan masalahnya buruk) dan menjadi sukacita GKI (bila kondisi dan situasi berkembang baik). GKI juga terbuka untuk bergaul, berjumpa, dan berdialog dengan seluruh lapisan masyarakat yang diwarnai kepelbagaian agama, budaya, etnis dan golongan. Beberapa konteks Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam menyusun kurikulum pembinaan anggota jemaat GKI adalah:
1. Kemiskinan dan gaya hidup konsumtif
2. Pornografi dan sex diluar nikah
3. Penggunaan obat terlarang (Narkoba)
4. Kekerasan (KDRT)
5. Korupsi dan ketidakadilan
6. Relasi keluarga
7. Penggunaan teknologi yang tak terkendali
Dengan survey singkat ini, tim Komisi Dewasa dapat menentukan arah prioritas pembinaan dan jemaat GKI berdasarkan hasil respons seluruh anggota Sinwil Jateng