MASA KECIL KH IBRAHIM
KH Ibrahim lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874.
KH Ibrahim Putra dari KH Fadlil Rachmaningrat.
Ayahnya seorang penghulu hakim negeri di Kesultanan Yogyakarta pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono ke-7.
KH Ibrahim adik kandung Nyi Walidah.
Sejak usia 5 tahun orang tuanya mengajarkan mengkaji Al-Qur’an.
Dibimbing memperdalam ilmu agama oleh kakak tertuanya sendiri, yaitu KH M. Nur.
KH Ibarhim menuaikan ibadah haji pada usia 17 tahun. Menuntut ilmu di Mekkah selama 7 sampai 8 tahun.
Kembali dari Mekkah, KH Ibrahim mengadakan pengajian kepada masyarakat yang dilakukan dengan metode sorongan dan weton. Sorongan adalah mengaji dengan diajarkan seorang demi seorang. Metode sorongan dilaksanakan pada pagi hari pukul 07.00 sampai 09.00. Metode weton yaitu kyai membaca sedangkan santri mendengarkan dengan membawa kitab kuning masing-masing. Metode weton diadakan sore hari setelah sholat ashar sampai kurang lebih menjelang Maghrib.
KH Ibrahim menjadi ulama besar dan hafal Al-Qur’an, ahli qira’ah dan pandai berbahasa Arab.