1) Luh Sandat hidup hanya berdua dengan adiknya yang masih duduk di kelas dua SD. Ibunya meninggal ketika Luh Sandat masih kelas enam dan bapaknya pergi meninggalkan mereka entah ke mana. Luh Sandat berusaha hidup dengan menjual aneka suvenir di Pantai Melasti. Ia bersama adiknya berjualan berbagai aneka suvenir yang mereka beli dari toko grosir. Dari hasil berjualan suvenir itu, mereka bertahan hidup dan mampu melanjutkan sekolah sampai sekarang.

2) Tak disangka-sangka, pandemi Covid-19 menyerang Bali. Seluruh hotel dan kawasan wisata lumpuh total. Luh Sandat dan adiknya tidak lagi bisa berjualan seperti dulu lagi. Pantai Melasti ditutup untuk menghindari orang-orang berkerumun. Luh Sandat dan adiknya tidak mampu lagi melanjutkan sekolah karena biaya untuk makan sehari-hari saja sudah tidak mencukupi,

3) Setiap hari mereka makan seadanya, dan bahkan pada suatu hari karena saking tak adanya makanan, Luh Sandat dan adiknya hanya makan buah duwet yang di Bali disebut Juet. Mereka hanya makan itu karena mereka tidak lagi punya uang untuk sekadar membeli beras. Karena kondisi tersebut, akhirnya adiknya jatuh sakit, mag kronisnya kambuh. Adiknya mual-mual dan sempat muntah darah.
"De, kamu yang kuat ya. Kakak akan mencoba berutang beras ke warung, mudah-mudahan pemilik warungnya masih berbelas kasihan kepada kita" kata Luh Sandat berusaha menghibur adiknya.
"Iya Kak, kakak gak usah khawatir, aku masih kuat kok" jawab adiknya perlahan. Tak terasa air mata berlinang di kedua pipi Luh Sandat.

4) Luh Sandat jengah, ia tidak mau terus terpuruk dalam keadaan tersebut. Ia memberanikan diri untuk berjualan bubur Moreng di bawah beringin Lapangan Ungasan. Setiap pukul enam pagi ia sudah menggelar dagangan bersama adiknya. Kemudian di siang harinya mereka berganti berjualan rujak kuah pindang. Jualan mereka cukup laris, karena cita rasa bubur Moreng dan rujak kuah pindangnya sangat khas dan lezat. Resep ini mereka dapat dari almarhum ibunya yang sangat gemar memasak bubur Moreng dan rujak kuah pindang semasa mereka kecil dulu. Akhirnya dari hasil berjualan tersebut, mereka kembali bisa bernapas lega. Mereka bisa makan cukup setiap harinya, dan semua hutang-hutang di warung akhirnya bisa dilunasi. Mereka pun bertekad untuk melanjutkan kembali sekolahnya yang sempat terhenti.

5) Dari cerita Luh Sandat tersebut bisa kita ambil pelajaran bahwa kita tidak boleh mudah putus asa. Asalkan ada kemauan, sesulit apa pun masalah yang kita hadapi, pasti ada jalan keluarnya. Terus berjuang dan jangan mudah menyerah.